MEDIA ONLINE IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BIMA

Rabu, 07 September 2016

Mengembalikan Kearifan Mahasiswa


 Mengembalikan Kearifan Mahasiswa

Oleh: Muhammad Alifuddin


Hal yang lumrah ketika kita berbicara soal Mahasiswa, sebab persoalan mahasiswa sudah menjadi buah bibir yang selalu di bicarakan dalam media-media sosial, maupun terdengar langsung di tengah-tengah masyarajak kita, melihat aksi-aksi mahasiswa tanpil di mimbar-mimbar jalanan menjadikan mahasiswa populer seperti artis.

Rabu, 24 Februari 2016

Tipologi dan Wacana Pemikiran Arab Kontemporer



Tipologi dan Wacana Pemikiran
Arab Kontemporer

Penulis: Muh. Alifuddin

Sejarah pemikiran adalah sejarah para pemikir, sejarah kaum elit yang dengan kepandaiannya, mampu mengabstraksikan fenomena sosial dan gejala lainnya ke dalam bahasa intelektual dan ilmiah. Para pemikir atau kaum cendekia dianggap elit karena keterasingan mereka dari dunia umum. Istilah "pemikir" itu sendiri agak kabur, bisa diterapkan kepada siapa saja yang memiliki spesialisasi tertentu. Ia bisa diterapkan sebagai panggilan lain untuk "intelektual" dan scholar (sarjana), atau pada konteks yang lebih keren kepada filsuf. Dalam bahasa Inggris, kata-kata seperti philosopher, thinker, scholar dan intellectual merujuk kepada figur terpelajar (learned man) yang sebenarnya tidak mempunyai batasan yang jelas satu dengan yang lainnya. Hanya agaknya disepakati bahwa philosopher --karena faktor sejarahnya-- adalah istilah yang paling signifikan untuk mengekspresikan tingkat kejeniusan seseorang. Karenanya, filsuf adalah orang yang paling elit di antara deretan kaum terpelajar tersebut. Untuk seorang filsuf seperti Ibn Sina misalnya, derajat keelitan seorang filsuf dapat dillhat pada cara mempersepsikan kebenaran. Menurut filsuf Muslim asal Parsi ini, kebenaran yang dicapai oleh para filsuf berbeda dengan kebenaran yang dicapai oleh orang awam atau orang biasa, karena cara dan metode pemahaman yang dipakai oleh kedua kelompok tersebut berbeda. Inilah dikotomi yang paling jelas antara kelompok elit dengan massa.

"Filsuf" adalah istilah klasik untuk menunjukkan kelompok pemikir yang tidak mempunyai massa, tidak terlibat dengan massa dan hanya berbicara dan mendiskusikan masalah-masalah filosofis secara terbatas. Dalam bahasa modernnya, setelah mengalami reduksi tentunya, filsuf adalah scholar (sarjana) yang bergelut dalam bidang pemikiran tertentu dengan tidak melibatkan massa didalamnya. Seorang sarjana yang telah mencapai jenjang pendidikan tertinggi diberi gelar Ph.D. (Doctor of Philosophy), tidak peduli apakah ia menekuni kajian filsafat, sosiologi, politik, ekonomi, sains atau lainnya.

Pembedaan seperti di atas juga dilakukan oleh 'Ali Syari'ati, pemikir asal Iran. Menurutnya, tokoh pintar yang mewakili dan memiliki massa adalah bukan pemikir, bukan filsuf, bukan ideolog, dan bukan pula saintis, tapi ia adalah pemikir tercerahkan. Dalam bahasa Parsi, Syari'ati menyebutnya rushanfekr. Istilah rushanfekr tidak mempunyai padanan yang tepat dalam bahasa lain, tapi mungkin bisa diterjemahkan secara sederhana sebagai "intelektual", karena istilah tersebut biasa merujuk kepada para pemikir atau tokoh terpelajar yang memiliki dan berafiliasi kepada massa. Karena itu tepat sekali jika Ikatan Cendekia Muslim se-Indonesia (ICMI) merupakan organisasi yang mengumpulkan para cendekia yang berorientasi kepada masyarakat. Itu karena cendekia dalam bahasa Inggris disebut intellectual. Seorang intelektual biasanya tidak hanya berpikir untuk bidangnya, ia melibatkan diri dengan masyarakat dan berinteraksi dengan mereka. Dalam kerangka ini, bisa kita katakan bahwa figur seperti 'Ali Syari'ati adalah intelektual, begitu juga Muththahhari, Mawdudi dan al-Afghani. Tapi para pemikir seperti Bassam Tibi, Abdurrahman Badawi dan Majid Fakhri lebih sarjana ketimbang intelektual. Di Barat, Bertrand Russel selalu dianggap sebagai "thinker", "philosopher" dan "reformer", padahal ia adalah intelektual. Namun, nama-nama seperti Kant, Hegel dan Heidegger lebih filsuf ketimbang intelektual. Dalam hubungan ini, para orientalis seperti Brocklemann, Goldziher, Gibb dan Watt adalah sarjana-sarjana (scholars) yang hanya menguasai ilmu tertentu saja. Mereka tidak disebut sebagai filsuf, tidak juga intelektual.

Senin, 23 November 2015

Merebut Posisi di Amal Usaha Muhammadiyah

POLIIK KADER MEREBUT POSISI DI AMAL USAHA MUHAMMADIYAH

Penulis Muh. Alifuddin
Bima, 24 Nov. 2015
Catatan Kader

        Menjadi kader muhammadiyah cukuplah mudah ditegah krisis identitas yang melanda idiologi ini, tidak mesti harus menguasai idiologi muhammadiyah cerara komperehensif menjadi kader abanganpun sah-sah saja asalkan bisa tampil sebagai aktor dalam gerakan muhammadiyah, sebagai usaha politik kader harus menggunakan banyak cara untuk bisa hadir dalam idiologi ini, cukup kita rasakan kehadiran aktor (kader abangan) dalam muhammadiyah meyebabkan banyak persoalan, banyak persaingan yang tidak sehat yang timbul akibat ulah kader abagan dalam muhammadiyah, persolan ini yang memicu perpecahan dan menyebabkan dehumanisasi dalam gerakan muhammadiyah sebagai oganisasi islam yang bergerak dalam bdang amar ma`ruf nah mungkar, entah pernyataan KH. Ahmad Dahlan mencuak sebagai simbol untuk tidak mencari hidup di muhmmadiyah, atau analogi terbalik dengan kalimat "Mari mencari hidup di Muhammadiyah" lamban laun gerakan muhammadiyah akan terhambat dengan adanya kader-kader semacam ini, ingin memiliki muhammadiyah dengan tangan besi, ingin memiliki muhammadiyah untuk kepentingan individual. 

Kamis, 07 Mei 2015

MUSYKOM IMM STAIM BERJALAN KHIDMAT

Muysawarah IMM STAIM Bima

    Bima 02 Mei 2015 merupakan momen yang dimulai dengan semangat untuk ber-IMM, dengan semangat demi menegakkan besarnya islam di muka bumi adalah tugas setiap kader IMM, dalam kepemimpinan tentunya adalah awal merumuskan langkah estafet yang telah di mulai sejak rasululah SAW menjadi pribadi yang Religiulitas, Intelektualitas dan Humanitas sebagamana yang terancang dalam tema pelaksanaan Musykom kali ini. tentunya dapat diwujudkan manakala idenitas dimaknai sebagai sebuah kekuatan, kita harus bangga menjadi pemuda yang tetap beristiqomah dalam dinamika sosial yang caruk maruk, khususnya di kalangan Mahasiswa dan Pemuda. MUSYKOM periode 2015-2016 ini adalah momen untuk menjawab semua dinamaika yang telah lahir, setidaknya usaha untuk mencapai sebuah keberhasilan secara totalitas.

      Memulai tentunya menjadi sebuah plening yang berkepanjangan untuk mencetus sebuah perubahan, maka MUSYKOM Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Muhammadiyah Bima yang dilaksanakan di Aula Kampus STAIM Bima yang dengan rumusan bersama PIKOM periode 2014-2015 berama panitia bisa terselenarakan.

Selasa, 28 April 2015

Jokowi Untuk Indonesia

Jokowi Presiden? Bersiaplah Menanti Kehancuran Indonesia!



sumber: blogspot.com
sumber: blogspot.com
Berdasarkan hasil sejumlah lembaga survei menempatkan Jokowi di posisi teratas dalam hal elektabiltas. Jika akurasi ataupun keabsahan data survei benar adanya, maka langkah Jokowi menuju RI 1 tak akan menemui hambatan yang berarti. Karena bagaimanapun gagalnya Jokowi selama memimpin Jakarta dan Solo, masyarakat lebih melihat tingkat popularitasnya bukan kinerjanya.

Jumat, 24 April 2015

Kebijakan Kampus STAIM Bima

 Mengkritisi Kebijakan Kampus STAIM Bima

Berawal dari sebuah diskusi tingkat mahasiswa, kami memulai pembicaraan terkait masa depan Kampus STAIM Bima, meski kami tidak mengamnbil andil dalam gerakan perubahan kampus kedepan..

Melaui diskusi tersebut kami mengupayakan Hak-hak mahasiswa terpenuhi dalam dunia kampus, baik terjamin secara intelktualnya, terjamin dalam kelayakan fasilitas pembelajaran.. maka kami coba mendeskripsikan keberadaan Kampus STAIM Bima, dalam pelaksanaan pendidikan kami melihat:

1.Dosen yang tidak profesinal (Dosen Asal Ada)
       Masih kita temui dosen-dosen yang tidak berprofesi (tidak sesuai kehalian), dalam mengajar terjadi proses ancam-mengancam antar mahasiswa di akibatkan kritikan terkait kinerja dan kemapanan seorang dosen, Mahasiswa berhak menerima pembelajaran sesuai keinginannya, tatkala dosen yang tidak berkompetensi kami wajib berteriak,, jangan bungkam mulut kami untuk berbicara,, sebab akan menjadi racun dalam kemapanan.. 

2. Sitem Pelaksanaan Pendidikan yang Tidak Sesuai
      Mengikuti alur poendidikan di STAIM, selama ini masih menggunakan sistem pendidikan lama, Dosen tugasnnya membagi tugas tanpa menugaskan kembali bahan diskusi yang telah ada.. Dosen Janrang Masuk dalam ruangan pendidikan dengan lasan tertentu. Kebanyakan Dosen memaksakan dengan krikulim yang terorganisir.. Mahasiswa akhirnya tertinggal dalam Kemapanan...

3. Pelayana Akademik yang Mampet
       Terkait maslah kelngkapan Administrasi mahasiswa, Baik Beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi, Mahasiswa Miskin dan Pelayan pengembangan kreatifitas mahaiswa sama sekali tidak ada, Baik dalam pengembangan penelitian.. Meski sebtar lagi STAIM punya rencana untuk merubah status ke IAIM Bima, kami rasa tidak setinggi awan mencapai langit.. sebagab kepingan kepingan yang lain tidak dihiraukan,, Kampusa dan Mahasiswa ibaratkan satu batang lilin yang bekerja sama-sama menerangi kegelapan (meski lenyap dalam Kegelapan) habis terbakar.. inilah fakta hari ini.. mahasiswa layaknya kambing, kampus layaknya Rumah Kambing"

Musykom IMM STIH Muhammadiyah Bima Berjalan Khidmad


Musykom IMM STIH Muh. Bima

 


Pergantian Masa kepengurusan periode 2014-2015 dimulai dengan usaha keras BPH IMM STIH Muh. Bima, dengan segenap kemapuan membentuk Panitia Pelaksana Musykom, Pelaksanaan Musykom IMM STIH adalah musyawarah tertinggi IMM tingkat Komisariat yang merupakan kegiatan proses re-Generasi kepemimpinan dalam IMM yang biasanya selama 1 periode dalam tingkatan Komisariat, 

Kepengurusan Periode sebelumnya terlihat snagat tidak efektif serta kepengurusan tidak terstruktur, masalah yang dihadapi IMM STIH adalah kurangnya Konsep dan Gerakakan trobosan bagi pemegang kebijakan (Ketua Umum), sehingga Lemahlah gerakannya,, bermain pada tataran wacana tidaklah bermakna, namun sedikit bicara banyak berbuat adalah ciri khas pemimpin yang efektif.. maka melalui permasalahan tersebut Panitia Musykom dan BPH IMM STIH mengangkat sevauah tema yang menjadi Kompas gerakan Mereka pada Periode kedepan, Tema lahir dari kondisi objektif IMM STIH yakni kurangnya karakter pemimpin yang di teladani serta konsolidasi organisasi yang lemah, maka dengan Tema:  "Reaktualiasai Konsep dan Gerakan Leadership Untuk Meningkatkan Konsolidasi Organisasi yang Efektif"